Marja
Syiah, mashur dikalangan ulama ulama Syiah, tak asing lagi di mata
pemuja syiah, kemudian hatinya luluh dalam petunjuk-Nya setelah menelaah
kitab kitab yang pernah dimakinya, membandingkan dengan kitab kitab
pujannya Pangkatnya sebagai “ayatullah” [
Orang yang berbicara atas nama Allah] , panutan dan rujukan para ulama
ulama Syiah, turut andil dalam berbagai penyesatan umat, akhirnya bosan
hidup dalam kubangan dosa, hiruk pikuk kemunafikan dan kekafiran yang
merupakan baju kebesaran Syiah, dicampakkan begitu saja. Meninggalkan
pangkat kebesaran yang diberikan kepadanya, meninggalkan keluarga, semua
kerabat, handai taulan dan orang orang tersayangnya, karena panggilan
kebenaran yang datang memintanya kembali kejalan-Nya.
Syaikh Al'Allaamah Abu 'Ali Husain Al-Muayyid hafidzhahullah, mulanya dengan baju berkabungnya [warna hitam],
yang menjadi ciri khas tokoh Syiah yang tak pernah bahagia, karena
kematian Husain, selamanya dengan mengenakan baju berkabung, tak henti
menyiram duka, membesar besarkan Husain yang sudah tiada, layaknya
gereja yang memuja Isa [yesus] tuhan yang disalib di padang derita, tak
henti didengungkan penganutnya, kaum Lata dan Uzza. Begitu dulu
predikatnya “ Ayatullah Ali Husain Al Musayyid,
berkalang dosa dilakukannya, sebagai tokoh Syiah yang memiliki kuasa
penuh menentukan nasib umatnya, bawahannya yang rata rata dungu, taqlid
buta. Jutaan dollar dana khumus [yang diambil secara haram oleh Syiah]
ditelan dengan bangga, berpesta pora dengan mut’ah dan maksiat lainnya.
Kini
dalam genggaman kebenaran, nama kebesaran yang pernah disandangnya,
predikat tertinggi untuk ulama ulama Jakfariyah atau Imamiyah dilepas
dari tubuhnya, bak sobekan kertas yang tak berharga. Beliau tidak
berkabung lagi sebagaimana tokoh tokoh Syiah yang senantiasa berkabung
dalam duka sepanjang masa. Kenangan kenengan mut’ah tak lagi menjadi
indah, kendati penuh dengan senda gurau dan canda cinta birahi belaka.
Tawa tawa gadis liar dilingkunganya tak lagi terdengar, matanya hanya
menatap ayat ayat Allah, lidahnya basah dengan istighfar dan jantungnya
berdenyut kencang, karena takut azab-Nya.
“Subhanallah “ Syaikh Al'Allaamah Abu 'Ali Husain Al-Muayyid hafidzhahullah,
kembali kepangkuan Islam, menembangkan iman yang sebenarnya Iman,
mengais Syahadat akan kebesaran Tuhan, tanpa ada lagi keraguan menerima
Islam. Hanya Islam yang benar. Derai air mata mengalir dipipinya,
membuktikan tobatnya yang ikhlas, hatinya terpaut mesra dengan
kekasih-Nya Allah subhana Wata’ala, yang memberikan hidayah, sehingga
kembali kepangkuan Islam, membangun kekuatan Iman yang sirna, dengan
meninggalkan kemusyrikan dalam dunia Syiah yang sesat dan menyesatkan.
“Allahu Akbar”,
dia tidak lagi dengan The satanic verses yang menuang bencana bagi
kehidupan beragama. Al Quran di dadanya mengendalikannya keluar dari
kobaran api neraka yang berwajah surga dunia. Meninggalkan silaunya
harta yang berkalang salah dan dosa, sambil melafatkan tobat yang
senantiasa menyingsing dari bibirnya yang bercumbu bahagia dengan
petunjuk Allah dan sunah nabinya, tak terngiang lagi nyanyian setan yang
berguman diluar sana, karena beliau ada bukan untuk tiada, tetapi
kalaupun harus mati, hanya membawa kalimat Islam yang pernah di makinya.
Tiada Tuhan Selain Alllah, dan Muhammad hamba-Nya dan Utusan-Nya.
Semoga
Allah selalu bersamanya, mengawalnya hingga kelak kembali kehadiratnya.
Sementara di petak petak dunia arab, dari Bahrain, Kwait , ahwaz dan
Saudi, ada 100.000 orang Syiah kembali kepangkuan Islam, meninggalkan
agama jejadian yang diproduk oleh ulama Persia yang bertuhan “Dewa
Matahari” dengan 12 murid sucinya dari agama Mitra yang pernah lahir
lima ribu tahun sebelum Mesihi.
100.000
orang Syiah yang kembali kepangkuan Islam itu kini dalam pembinaan
ulama ulama ternama sunni, agar imannya tetap terjaga dan terpelihara.
Hati mereka dibersihkan dari puing puing berhala Syiah yang pernah
disembahnya.” Laahaulaa, walaa quwwata Illaa Billah”
Da’i
Kuwait yang kondang, Syaikh Usman al-Khamis menegaskan bahwa sejumlah
besar dari Syiah itsnay asyriyyah mulai meninggalkan syiah berpindah ke
ahlussunnah waljama’ah. Syekh al-Khamis berkata: ucapan ini berasal dari
hasil sensus yang valid bagi kita di Mabarrah al-Aal wal-Ashhabdi
Kuwait, dengan bekerja sama dengan para da’i dan para penuntut ilmu di
Saudi, Bahrain dan negara-negara teluk lainnya.
Al-Khamis
menambahkan: sesungguhnya jumlah orang Kuwait yang meninggalkan syiah
menuju sunnah mencapai 400 orang, di Saudi 4000 orang, di Bahrain 700
orang, di Ahwaz (Arabistan, yang dicaplok Iran) berjumlah seratus ribu
syiah (100.000) meninggalkan madzhab syiah menjadi ahlu sunnah
waljamaah, di tengah Iran bahkan di Teheran puluhan orang syiah
bertaubat menjadi ahlussunnah. Bahkan di Irak ada ratusan syiah yang
secara sembunyi-sembunyi menjadi ahlussunnah tidak berani menampakkan
diri karena takut milisi-milisi syiah yang biasa menteror dan membunuh.
Adapun
yang berpindah menjadi ahlusunnah dan tidak berani membuka diri maka
kata al-Khamis: jumlah mereka lebih dari tiga ribu orang di Saudi, 400
di Kuwait, dan 1200 orang di Bahrain, dan ribuan di daerah ahwaz (Arab
jajahan Iran). Angka-angka ini diumumkan oleh al-Khamis dalam ceramahnya
yang disampaikan dalam Ahadiyyah Muhammad al-Jabr al-Rasyid di Riyad,
dengan judul mengapa sektarian? (Limadza al-Thaifiyyah?) yang
menfokuskan tentang pentingnya mendakwahi syiah agar berubah menjadi
ahlusunnah waljamaah
Thanks udah mau koment di blog sederhana ini EmoticonEmoticon